God’s Will for My Kids

“…aku mau anakku nanti jadi dokter….!”
“….aku mau anakku nanti bisa jadi pengusaha !”
“….artis..! “  “..arsitek..! “

Kalau ditanya kepada para orang tua yang punya kerinduan anaknya dapat menjadi seperti yang dimimpikan, jawabannya umumnya sama, yaitu: “SUPAYA ANAK SAYA BAHAGIA”.

Demi mengusung misi dan tujuan “supaya anak saya bahagia”, maka berbagai kursus memenuhi agenda si anak.  Bahkan sejak anak masih usia prasekolah (playgroup) sudah “dijejali” dengan berbagai kursus CALISTUNG (membaCA menuLIS berhiTUNG) dengan semboyan “SUPAYA ANAK SAYA BAHAGIA”.  Belum lagi kalau ditambah dengan atmosfir kompetisi yang sangat mencolok terdapat di sekolah-sekolah pada umumnya, mulai dari “adu nilai matematika”, “adu cepat membaca”, “adu dalam berbagai lomba kesenian di sekolah” sampai “adu penampilan di sekolah”.  Akan semakin sulit dibedakan apakah yang dituju adalah kebahagiaan anak atau kebahagiaan orang tuanya.

“Tapi apakah  salah kalau menghendaki anak saya BAHAGIA?”

“ O…tentu tidak! Justru itu sangat baik!

 

“Cuma masalahnya, apakah kebahagiaan yang ada dipikiran orang tua adalah sungguh-sungguh kebahagiaan yang akan membahagiakan anak dimasa sekarang dan akan datang?”

“Jadi bagaimana saya bisa tahu kebahagiaan yang akan membahagiakan anak dimasa sekarang dan akan datang?”

Menjawab pertanyaan di atas sebenarnya mudah-mudah saja.

Bukankah anak-anak kita adalah ciptaan ALLAH sendiri?

Seperti juga kalau kita memiliki perangkat gadget canggih dengan merek “A”, bagaimana caranya supaya gadget tersebut bisa berfungsi secara optimal di tangan kita?

Tentu kita harus pelajari dari Buku Petunjuk Penggunaan yang ada dalam kotak gadget tersebut, bukan? Atau kalau tidak kita meminta informasi dari petugas dari pabrik yang memproduksi gadget tersebut. Seandainya gadget itu dapat memiliki perasaan dan dapat berbicara, tentu ia akan merasa bahagia kalau ia dapat menjalani hari-harinya dengan fungsi yang optimal sesuai dengan blueprint atau kehendak dari pembuatnya.

Demikian juga dengan anak kita. Yang tahu persis bahwa apa yang akan membahagiakan anak kita saat ini dan dimasa yang akan datang bukanlah orang tua, tapi ALLAH sendiri sebagai Pribadi yang menciptakan mereka melalui pernikahan kita sebagai orang tua.

Jadi apakah yang sebenarnya akan membahagiakan anak kita dimasa sekarang dan akan datang? Kehendak kita sebagai orang tua atau kehendak Allah sebagai Pencipta mereka?

Inilah kehendakNYA bagi semua manusia yang diciptakanNYA:

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,…” Roma 8:29a

Berarti seorang anak baru akan bahagia yang sesungguhnya kalau ia bisa “serupa dengan Kristus”, bukannya juara kelas, jago matematika, berpenampilan menarik dan kaya.

“Tapi…yang logis saja, bagaimana ia bisa hidup nanti kalau sudah besar, kalau tidak bisa cari uang sendiri secara cukup? Masa hanya dengan punya karakter seperti Yesus bisa buat hidupnya nanti?”

Ada benarnya pendapat itu, karena bukankah semua manusia harus makan, berpakaian dan memiliki tempat tinggal yang semuanya harus pakai uang untuk mendapatkannya?

Tapi jangan lupa, ada sebuah janji ALLAH bagi orang-orang yang mengutamakan (bukan cuma lakukan ini saja) untuk bisa serupa Kristus atau sering disebut juga “mencari Kerajaan Allah”, yaitu:

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Matius 6:33

Apa artinya “semuanya”? Yah…semuanya, termasuk makan, pakaian dan tempat tinggal, juga kebutuhan-kebutuhan lainnya.  Itu semua akan diberikan Allah sendiri tentunya melalui segala usaha dan pekerjaan yang dilakukannya.

Ingat, kalau anak-anak kita semakin serupa KRISTUS, maka ia juga akan dapat mengalami seperti yang dialami Yesus saat hidup di dunia.  Lukas 2:52 mencatatnya “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”  Kalau seseorang sudah dikasihi Allah dan manusia maka ia akan selalu diberkati sepanjang hidupnya.

“Jadi apa yang harus saya lakukan sebagai orang tua?”

Ada tiga sisi kehidupan anak kita yang harus kita usahakan sebagai orang tua supaya mereka dapat dipenuhi, yaitu:

* Kehidupan Rohaninya

* Kebutuhan Jiwaninya

* Kebutuhan Jasmaninya

Kebutuhan Jasmani adalah kebutuhan dasar yang biasanya paling diingat oleh semua orang tua, yaitu kebutuhan makan dan minum yang layak, pakaian dan juga tempat tinggal.

Kebutuhan Jiwani adalah kebutuhan yang sudah mulai dipahami oleh kebanyakan orang tua, tapi banyak orang tua yang kurang berpendidikan belum memahaminya.  Kebutuhan ini meliputi kebutuhan rasa aman, dikasihi, pendidikan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan emosional dan logika.

Kebutuhan Rohani adalah kebutuhan yang paling jarang sungguh-sungguh diusahakan oleh orang tua pada umumnya. Seringkali dengan membawanya setiap hari minggu datang beribadah di gereja Anak KEGA, mengajaknya berdoa sebelum tidur, rasanya telah tuntas tanggung jawabnya.

Padahal kita tahu, bahwa rohani kita baru dapat dipuaskan kalau:

1. Sudah percaya di hati dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dalam hidup

2. Menjalani hidup dalam pergaulan sehari-hari dengan Tuhan.

Jadi kedua hal itu pula yang seharusnya sebagai orang tua kita usahakan bisa dialami oleh anak-anak kita, yaitu:

1. Sudahkah kita berulang-ulang menceritakan Karya Salib Yesus dan mendoakannya supaya menerimaNYA di hatinya?

2. Sudahkah kita menjadi teladan hidup bagaimana bergaul setiap hari bersama dengan Tuhan?

Kalau kedua hal tersebut dialami oleh anak kita, pasti perlahan-lahan ia akan berubah semakin serupa KRISTUS dan akan mengalami Kebahagiaan yang sesungguhnya.  Itulah “God’s Will for my kids”..

 

Leave a comment